Ketum AMPI Ungkap Kans Besar dari Kebijakan Impor Prabowo

JAKARTA – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia ( AMPI ) Jerry Sambuaga mengungkap prospek besar dari kebijakan impor Presiden Prabowo Subianto . Jerry menyambung positif pernyataan Prabowo terkait impor, khususnya terkait akan membuka jalan bagi setiap pengusaha perusahaan untuk melakukan impor.
Hal itu diyakini bisa jadi memperoleh kesempatan dan juga prospek secara merata serta terbuka bagi setiap pelaku usaha, khususnya bagi dia yang mana baru memulai usaha. “Ketika terdapat berbagai kesempatan bagi setiap pelaku bidang usaha untuk melakukan impor, maka akan meningkatkan semangat perdagangan yang tersebut kompetitif, biaya komoditas yang tersebut lebih tinggi terjangkau, kemudian tentunya produktivitas pelaku bidang usaha pada melakukan aktivitas perdagangan,” ujar Jerry di keterangan persnya, hari terakhir pekan (11/4/2025).
“Ini tentunya akan memberikan banyak alternatif komoditas untuk para konsumen. Sehingga pada jangka waktu yang mana panjang akan membentuk lingkungan perdagangan yang mana lebih besar stabil, terbuka, transparan, efisien, kemudian produktif,” kata Wakil Menteri Perdagangan era 2019-2024 ini.
Jerry menegaskan, yang mana penting untuk ditekankan adalah kesempatan kemudian keterbukaan bagi setiap pelaku usaha untuk berusaha, bukanlah terhadap barang atau produknya. “Sudah tentu terkait dengan komoditas, ada beberapa komoditas strategis juga komponen pokok penting yang dimaksud menjadi prioritas untuk pengembangan ekspor,” imbuhnya.
“Karena memang sebenarnya ada beberapa komoditas yang digunakan dapat diproduksi kemudian potensial untuk menjadi produk-produk eskpor, bukanlah impor, berhubung sejumlah permintaan terhadap item yang disebutkan dalam luar negeri,” sambungnya.
Diketahui, Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat menentukan kebijakan tarif untuk Indonesia sebesar 32 persen. Namun, belakangan Trump menunda pemberlakuan tarif impor untuk 56 negara selama 90 hari ke depan, salah satunya Indonesia.
Jerry menekankan bahwa kebijakan tarif yang digunakan dikenakan Trump tentu akan memberikan dampak, namun tiada akan seperti yang mana dikhawatirkan oleh banyak pihak. Pasalnya, kinerja perdagangan bilateral antara Indonesia kemudian Amerika Serikat beberapa tahun terakhir mengalami suplus dari sisi Indonesia.
“Perdagangan yang diadakan oleh Indonesia tidak ada belaka dengan Amerika Serikat, melainkan juga dengan sejumlah negara-negara lain di tempat semua benua. Di mana secara umum item Indonesia cukup mendominasi dengan surplus neraca perdagangan yang dicetak total sebanyak 31,04 miliar usd dalam bulan Desember 2024 lalu. Di bulan yang dimaksud Indonesia juga mencapai surplus neraca perdagangan selama 56 bulan secara berturut-turut,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, tercatat hingga pada waktu ini Indonesia telah menyelesaikan kurang lebih lanjut 37 perjanjian dagang pada seluruh dunia yang tersebut meliputi lima benua. Salah satunya adalah kerja mirip perdagangan regional di tempat ASEAN melalui Daerah Comprehensive Partnership Agreement (RCEP). “Banyak sektor kerja mirip perdagangan telah terjadi meningkat, salah satunya pada perekonomian digital Indonesia yang digunakan mencapai 82 miliar Mata Uang Dollar sekitar 40% Sektor Bisnis Digital ASEAN di area tahun 2024,” kata dia.
Dia menambahkan, salah satu pilar dasar perdagangan Indonesia juga banyak terkonsentrasi dalam sektor UMKM, akibat memberikan kontribusi sekitar 61% terhadap Ekonomi Nasional lalu juga sekitar 97% terhadap ketenagakerjaan Indonesia. “Dari sisi ekspor, sektor UMKM bukan menjadi kesulitan oleh sebab itu memang sebenarnya belum banyak komoditas UMKM yang digunakan dikirim ke luar negeri, tidaklah mencapai 5% secara total keseluruhan. Oleh akibat itu, kenaikan tarif yang digunakan dikenakan oleh Trump juga tiada mempunyai berbagai pengaruh kepda sektor UMKM,” katanya.
Jerry yakin juga percaya secara umum Indonesia dari sudut pandang perdagangan masih akan dapat menghadapi kenaikan tarif yang mana dilaksanakan oleh Trump. Di ketika yang dimaksud identik dapat mendapatkan potensi lebih tinggi sejumlah di kerja sejenis perdagangan dengan negara-negara mitra strategis dalam kawasan Asia yang dimaksud sudah ada terjalin selama ini. “Serta sekaligus membuka eksplorasi kerja mirip perdagangan di tempat lingkungan ekonomi nontradisional, salah satunya di tempat kawasan Timur Tengah serta Afrika,” pungkas Jerry.